Kecerdasan pikiran bukanlah segalanya, karena yang juga dibutuhkan dalam kehidupan adalah kecerdasan didalam membangun sebuah hubungan. Sejak kecil, Vian memang tidak terlalu pintar dalam mata kuliah yang berhubungan dengan angka dan statistika. Entah kenapa mata kuliah ini terasa sangat memberatkan dirinya. Vian mendapatkan nilai D untuk pelajaran ini selama beberapa semester lalu.
Namun Vian tidak putus asa, dia tak pernah berhenti mencoba dan berusaha. Berbagai metode belajar dia terapkan dalam kesehariannya yang membuatnya kerap begadang semalaman. Tapi Vian tak pernah mengeluh karena dia merasa ini adalah usaha yang memang harus dia perjuangkan
Akhirnya pengumuman hasil ujian akhir semester pun tiba. Hasil perjuangan Vian ternyata terbayar lunas karena akhirnya dirinya mampu mendapatkan nilai B. Betapa senangnya Vian ketika itu. Saking senangnya, Vian berencana memasang hasil nilainya di dinding kamarnya sebagai motivasi untuk mata kuliah lainnya. Vian kemudian bercerita kepada Iko salah seorang teman dekatnya.
“Ko akhirnya statistik ku dapet nilai B“ ujar Vian
“Ah baru dapat nilai B saja udah seneng, aku yang dapet A aja biasa-biasa aja“, sahut Iko.
Sejak di sekolah dasar, Iko memang terkenal pintar di kelasnya dan selalu masuk ke dalam rangking 3 besar di kelas. Vian yang saat itu sedang berbinar-binar dan semangat bercerita tiba-tiba langsung terdiam ketika mendengar komentar dari Iko. Kebahagiaannya perlahan meredup dan digantikan dengan kekecewaan.
Sikap yang ditunjukkan oleh Iko memberikan gambaran pada diri kita tentang orang-orang yang memiliki EQ rendah. Walaupun orang-orang tersebut pintar secara akademis, namun dalam menjalani aktifitasnya, orang-orang tersebut mengalami kegagalan dalam memahami perasaan orang lain disekitarnya
Sekarang, mari kita lihat situasi selanjutnya
“Vian, kenapa kamu keliatan sedih hari ini?” sapa Intan begitu masuk ke kelas.
“aku cuman dapet nilai B dalam statistik” ujar Vian dengan nada lesu
“Wow hebat donk, kamu sempet ngulang lagi kan kemaren gara-gara dapet D. Bagus donk sekarang dapet B“, hibur Intan kepada Vian.
“Nggak perlu risau dan nggak perlu terlalu dipikirkan juga Vian. Walaupun belum maksimal, tapi setidaknya kamu kan sudah berusaha giat untuk mengejar nilai ini. Malah aku salut melihat mahasiswa yang punya semangat untuk berubah seperti dirimu.” ujar Intan membanggakan Vian.
Apa yang bisa kita pelajari dari dua jenis situasi diatas?
Begitulah kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ itu bekerja. Orang-orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi cenderung mampu memahami perasaan orang lain disekitarnya seperti yang dilakukan Intan. Walau Intan sebenarnya juga tidak kalah pintar dalam pelajaran dibandingkan Iko, namun dia juga pintar memahami perasaan orang lain.
EQ membantu kita menjadi seseorang yang sukses dalam menjalani kehidupan sosial dalam keseharian. Karena EQ membuat kita lebih peka terhadap kebutuhan perasaan atau emosi orang lain sehingga kita kemudian memahami langkah untuk mengatasinya. Itu sebabnya banyak pihak yang sepakat bahwa EQ atau kecerdasan emosional adalah salah satu kunci sukses diri kita didalam karir dan pekerjaan kita.
0 komentar:
Posting Komentar