Permasalahan terbesar dalam
berkomunikasi adalah seringkali kita mendengarkan untuk membalas atau
menimpali, bukan untuk memahami.
Seorang wanita terlihat kesal
pada teman bicaranya. Tampaknya baru saja terjadi perdebatan diantara mereka.
Wanita itu mengakhiri argumennya dengan berkata : “Pantes aja orang-orang
disini nggak berkembang, abisnya suka memotong pembicaraan dan susah dikasi tau
sih”. Lantas sang wanita pun bergegas meninggalkan meja diskusi tersebut
sembari mengeluarkan umpatan bernada kekesalan.
Dalam menjalani aktifitas
sehari-hari kita pasti pernah mengalami perbedaan pendapat seperti yang terjadi
diatas. Ada kalanya perbedaan pendapat tersebut menghasilkan solusi yang tepat
dan ada kalanya perbedaan pendapat tersebut justru menghasilkan emosi yang
meningkat.
Saya sendiri selalu percaya bahwa
pada dasarnya setiap orang itu memiliki niatan baik, hanya saja terkadang orang
lain disekitarnya yang bisa menafsirkan dengan berbeda-beda. Hanya karena berbeda
pandangan dan penafsiran, bukan berarti orang tersebut salah dan memiliki niat
yang tidak baik kan? Bukankah pengalaman keseharian yang dialami tiap orang
berbeda? Dan pengalaman tersebut yang membentuk pola pikir setiap manusia. Maka
sudah pasti dalam hidup kita akan menghadapi yang namanya perbedaan pandangan.
Perbedaan itu akan selalu ada
selama kita berhubungan dengan orang lainnya. kita tidak akan bisa memaksa
orang lain agar memiliki pandangan yang sama dengan diri kita. Sehingga yang
bisa kita lakukan adalah menyikapi perbedaan pandangan tersebut sehingga tidak
menimbulkan perpecahan. Bagi saya pribadi sebuah perbedaan itu tidak selalu mengenai
benar atau salahnya sebuah pandangan, melainkan mengenai dua sudut pandang yang
saling melengkapi untuk membentuk sebuah kesimpulan.
Permasalahannya adalah, ketika
perdebatan itu muncul seringkali kita sudah tidak bisa berpikir dengan jernih
karena emosi dan perasaan mulai menguasai diri. Dampaknya kita mendengarkan
argumen itu bukan untuk memahami, melainkan untuk membalas atau menimpali.
Akhirnya perbedaan argumen tersebut pun makin melebar dan gagal membentuk suatu
sudut pandang baru yang melengkapi.
Salah satu guru saya pernah
berkata. “Ketika kamu sedang berada di tengah dinamika perdebatan di sebuah
kelas, pastikan tidak membawa perdebatan tersebut ke dalam perasaan melainkan
jadikan setiap perdebatan itu sebagai wahana senam otak yang akan membuat pola
pikir kita makin berkembang dan terlatih. Syukurilah setiap perdebatan tersebut
sebagai dinamika kelas yang harus kamu lalui agar kamu lebih mampu memahami
orang lain disekitarmu.”
0 komentar:
Posting Komentar