Seluas apapun pandangan dan sepandai apapun pemikiran manusia, ia tetap harus siap untuk mendengarkan saran dan masukan orang lain. Karena, pada dasarnya, seorang manusia akan selalu memiliki keterbatasan pandangan ketika menilai dirinya sendiri. Pada akhirnya itu akan berpotensi menghambat perkembangan yang seharusnya dia rasakan

      Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan untuk berkunjung ke Makassar untuk menghadiri sebuah training. Ini adalah kali kedua saya datang di tempat yang sama.  Sebelumnya, saya datang untuk membawakan materi secara langsung. Namun, kali ini saya diminta mengawasi dan memberikan masukan kepada trainer muda perusahaan yang akan membawakan materinya. 

      Ketika mengamati sang trainer yg sedang membawakan materi, saya mendadak teringat momen setahun yg lalu ketika saya baru saja dipilih oleh perusahaan untuk menjadi seorang trainer. Banyak kritikan yang muncul pada saat saya pertama kali diminta membawakan sebuah materi. Ada yg mengatakan cara bicara saya terlalu cepat, apa yg saya bicarakan tidak jelas dan banyak komentar negatif lainnya. 

     Ketika menghadapi sebuah kritikan, bisa saja saya memilih untuk menyangkal dan tidak menerima alasannya. Menurut saya ketika itu saya sudah cukup baik membawakan materi. Namun kemudian saya menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki banyak keterbatasan, saya harus siap untuk lebih banyak mendengarkan demi perbaikan didalam diri saya.

      Mendengarkan kritikan memang bukanlah sesuatu yang nyaman dan mudah dilakukan. Telinga yang panas dan perasaan yang terluka, mungkin akan menjadi konsekuensi dari kegiatan “mendengarkan kritikan” yang kita lakukan. Mendengarkan orang lain, terkadang juga membuat diri kita bingung untuk mengambil sikap dan tindakan yang harus kita lakukan didalam keseharian

      Didalam keseharian, mungkin kita sudah merasa memberikan yang terbaik untuk orang disekitar kita. Namun, pertanyaannya, sudahkah orang-orang tersebut menganggapnya sebagai usaha terbaik kita? Jika belum, lantas apa usaha seperti apa yang harus kita lakukan?

     Didalam keseharian, mungkin kita merasa sudah melakukan yang seharusnya kita lakukan demi kebaikan yang kita yakini. Namun, pertanyaannya, sudahkan orang-orang disekitar kita benar-benar merasakan dampaknya? Apa yang harus kita lakukan agar orang disekitar kita mampu merasakan dampaknya?

Pada akhirnya, kita akan kesulitan untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut. Karena, yang lebih tepat untuk menjawabnya adalah orang lain yang melihat dan merasakan kehadiran diri kita.

Menyediakan waktu yang cukup untuk mendengarkan, seringkali menjadi jalan yang tepat untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Dengan cara seperti itulah kita akan mengetahui perubahan dan perbaikan yang kita butuhkan demi perkembangan diri kita di masa depan.

Jadi, sudah siapkah kita untuk mendengarkan demi sebuah perkembangan?