Ivandhana

I am a Writer

Profil

Ivandhana adalah seorang personal productivity coach dan corporate coach. Beliau telah banyak bekerja secara intensif bersama beberapa perusahaan multinasional sebagai coach dan trainer. Ivan telah berpengalaman dalam memberikan pelatihan selama lebih dari 1500 jam dan sekitar 4000 peserta dengan pendekatan training dan coaching dengan beragam topik, mulai dari leadership, komunikasi, productivity hingga topik-topik pengembangan diri.

Me

Skill

Beberapa kemampuan yang saya miliki adalah.

Training Delivery 90%
Training Design 85%
Coaching 90%
Communication Skills 90%

In House Training

Program training in house sesuai dengan kebutuhan organisasi

Public Training

Program training yang dibuka untuk publik dengan berbagai macam materi mulai dari leadership, negotiation skill, communication skill dan lainnya

Coaching

Sesi one on one coaching atau group coaching untuk membahas berbagai hambatan didalam organisasi maupun kehidupan pribadi

Learning Designer

Pembuatan program pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan setiap individu di organisasi

Mentoring Public Speaking

Program mentoring untuk meningkatkan keberanian dan kemampuan dalam menyampaikan gagasan di depan umum

Potential Genetic Consultant

konsultasi potensi genetik manusia dengan menggunakan metode Stifin Fingerprint

0
Project Training
0
Institusi
0
Total Peserta
0
Jam Mengajar
  • Ketepatan dalam Kemarahan


    Aristoteles pernah berkata bahwa "Siapapun bisa marah. Marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yg baik, bukanlah hal mudah."   

    Kutipan dari Aristoteles diatas menggambarkan bahwa marah tidak selalu merupakan hal yang negatif. Kita boleh saja marah selama kemarahan kita tadi memiliki tujuan yang tepat. Kita boleh saja marah bila momen marah tersebut dimunculkan di waktu yang tepat. Pertanyaannya, kapankan momen marah itu menjadi tepat?

    Dalam beberapa kondisi dan situasi, akan selalu ada hal-hal yang membuat kita merasakan amarah. Biasanya emosi atau amarah ini muncul ketika kita melihat atau merasakan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Semakin besar gap atau kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang kita rasakan, maka kemungkinan orang untuk marah akan semakin besar. Tentunya, hal ini tidak berlaku pada orang-orang yang sudah memiliki pengendalian diri cukup baik.

    Namun pernahkah kita melakukan review apakah amarah yang kita keluarkan itu sudah tepat? Atau apakah kemarahan yang kita keluarkan ternyata tidak tepat? Bagaimana indicator benar atau salah dari kemarahan yang kita lakukan?

    Sesungguhnya kemarahan adalah mekanisme perlindungan diri yang dirancang untuk memperingatkan pengganggu untuk menghentikan perilaku mengancam mereka terhadap diri kita. Itu sebabnya pada dasarnya perilaku marah kita dapat juga dianggap sebagai hal positif bagi diri kita sendiri. Namun yang menjadi kurang tepat adalah ketika kemarahan yang kita keluarkan membuat kita tidak memikirkan situasi dan kondisi di lingkungan yang akhirnya justru menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain disekitar kita.

    Kemarahan yang kita keluarkan harus demi kebaikan orang lain disekitar kita dalam jangka pendek maupun panjang. Karena marah itu sebenarnya bersifat netral. Baik atau buruknya marah itu sendiri sebenarnya sangat ditentukan dengan waktu dan konteks kemarahan yang kita keluarkan. 

    Setiap kemarahan yang kita keluarkan seharusnya bukan menjadi ajang melampiaskan kekesalan sesaat, melainkan agar kemarahan tersebut menjadi pembelajaran yang positif bagi lingkungan sekitar kita

    Jadi, yuk belajar menyikapi kemarahan dengan tepat. 


  • EMOSI dan PENYESALAN DIRI


    Emosi itu layaknya menggoreskan sebuah pensil ke sebuah kertas. Kita mungkin bisa menghapus goresan tulisan tersebut di kemudian hari. Namun yang harus kita sadari adalah goresan pensil tersebut akan tetap menimbulkan bekas dalam selembar kertas yang kita miliki.

    “Memangnya harus dengan marah-marah seperti itu ya?”

    “Harus donk, biar mereka tau kalau aku bisa tegas. Jadi mereka nggak bisa seenaknya.”

    “tegas sih tegas, tapi bukannya apa yang kamu lakukan itu berpotensi menyinggung perasaan mereka?”

    “jadi maksud kamu, yang aku lakukan salah gitu?”

    “Bukan salah, tapi bedakan antara tegas dan keras. Yang dibutuhkan sebagai seorang pemimpin itu ketegasan, bukan kekerasan. Karena semua anggota tim mu itu kan manusia biasa yang memiliki hati. Ada kemungkinan tindakanmu itu akan membekas di hati mereka.”

    Pernahkah kita melampiaskan emosi terhadap lingkungan kita tatkala menjalankan aktifitas sehari-hari? Sebagai seorang manusia yang memiliki keterbatasan, memang tidak dapat dipungkiri bila kita bisa saja kehilangan kesabaran yang membuat diri kita kita melampiaskan emosi kepada orang lain disekitar kita.

    Emosi ini cukup wajar muncul dalam diri kita ketika menghadapi berbagai hambatan yang memang menguji kesabaran. Karena kehidupan kita memang tidak akan pernah berjalan dengan ideal. Selalu ada hal-hal yang berjalan tidak sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan. Terutama ketika kita menjadi seorang pemimpin yang harus mengelola tim dengan berbagai macam karakter. Tentu menghadapi berbagai macam karakter manusia akan menjadi ujian yang cukup berat untuk kesabaran kita.

    Kesabaran pada dasarnya penting untuk menghindarkan diri kita dari sebuah penyesalan. Sebagai manusia biasa yang acapkali melakukan kesalahan, sudah selayaknya kita berhati-hati dalam memutuskan sesuatu atau melakukan sesuatu. Jangan sampai diri kita justru melakukan hal-hal yang kurang sesuai sehingga akhirnya membuat diri kita menyesal.

    Mungkin kita bisa saja mengucapkan sebuah ungkapan penyesalan. Namun, yang harus kita sadari adalah ketika kita terlanjur menyakiti hati seseorang, tidak mudah untuk membuat orang tersebut memaafkan diri kita. seperti analogi pensil yang walaupun sudah coba dihapus, namun goresannya akan tetap membekas dalam kisah diatas.


    Maka, berhati-hatilah dalam setiap tindakan kita, agar penyesalan tak mendatangi keseharian kita
  • Motivasi di tengah Keterbatasan


    Ada yang tahu orang pertama di dunia yang lulus universitas dengan kondisi tuna rungu dan tuna netra? Dia adalah Hellen keller, seorang wanita yang juga merupakan pemenang Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom dan The Lions Humanitarian Award. Hellen Keller belajar bahasa Perancis, Jerman, Yunani dan Latin lewat Braille. Pada usia 20 tahun, ia kuliah di Radcliffe College, cabang Universitas Harvard khusus wanita. Hanya dalam waktu 4 tahun, Helen lulus dengan predikat Magna Cum Laude. 

    Hellen lahir normal di Tuscumbia, Alabama pada 1880. Di usia 19 bulan, ia mengidap penyakit yang menyebabkannya buta dan tuli. Ia menjadi frustasi karena kesulitan berkomunikasi, sering marah, dan sulit diajar. Pada usia 7 tahun, orang tuanya mempercayai Anne Sullivan menjadi guru pribadi dan pembimbing Hellen. Di bawah didikan Anne Sullivan inilah kemampuan Hellen tumbuh dan berkembang di tengah keterbatasan yang dimilikinya

    Oleh seorang Anne Sullivan, Helen diajarkan untuk membaca lewat huruf Braille hingga benar-benar memahami maknanya. Satu hal yang diingat  oleh Helen sebagai hari yang terpenting di dalam seluruh hidupnya adalah saat gurunya, Anne Mansfield Sullivan, datang kepadanya dan dengan tekun mengajarkan untuk berbicara lewat gerakan mulut. Dalam sebuah kesempatan, Helen berkata, "Hal terbaik dan terindah yang tidak dilihat atau disentuh oleh dunia adalah hal yang dirasakan di dalam hati." Kutipan diatas menggambarkan bahwa Hellen memang tidak merasakan motivasi yang dapat dilihat, namun dia merasakan dukungan dan motivasi yang luar biasa dari orang-orang disekelilingnya dan itulah yang membuatnya bersedia untuk terus melangkah maju.

    Kisah hellen Keller adalah gambaran bahwa keterbatasan tidak seharusnya menjadi alasan bagi lingkungan untuk mengecilkan potensi seseorang. Karena setiap manusia diciptakan dengan beragam kelebihan yang dimilikinya. Bahkan yang sering terjadi adalah ketika kita memiliki satu kekurangan, sebenarnya kita diberikan kelebihan di bidang lainnya. 

    Banyak orang yang setelah merasakan keterbatasan dirinya, lantas motivasinya menurun. Disinilah peran lingkungan yang menguatkan dan mengingatkan bahwa keterbatasan itu bukanlah berarti hidup kita telah usai, melainkan sebuah pertanda bahwa perjuangan untuk menemukan potensi diri seorang manusia baru saja dimulai

    Maka, bila kita melihat ada orang-orang disekitar kita yang memiliki kekurangan dalam dirinya, berikan motivasi terhadap orang tersebut untuk terus mengembangkan diri di tengah keterbatasan yang dimilikinya. Bantulah orang tersebut untuk terus tumbuh dan berkembang sehingga lingkungan sekitar kita merasakan dampak dari keberadaan diri kita. 

    Siap Menjadi Anne Sullivan masa kini??

  • Keinginan dan Motivasi yang kita butuhkan


    Keinginan seringkali dapat menjadi bahan bakar yang tepat untuk menggerakkan seseorang menuju tujuannya, walaupun lingkungan seakan tak mendukung orang tersebut untuk menggapai apa yang diingankannya.  

    Chris Gardner adalah seorang pria kelahiran Milwaukee, Amerika Serikat 9 Februari 1954. Pria bernama lengkap Christopher Gardner ini tumbuh menjadi sosok laki-laki yang hanya diasuh oleh sang ibu sejak bayi.  Di usia yang terbilang cukup muda, Chris berhasil mengembangkan Gardner Rich & Co yaitu sebuah konsultan pengelolaan saham di amerika yang cukup terkemuka. Di tahun 2006 Chris memutuskan untuk menjual sahamnya di Gardner dengan nilai mencapai jutaan dollar. Setelah melakukan hal tersebut, ia kemudian menjadi pendiri sekaligus CEO dari Christopher Gardner International Holding yang berlokasi di New York, Chicago dan San Fransisco.

    Chris sangat pandai memanfaatkan kesempatan. Kemampuannya dalam melihat peluang  membawanya untuk melakukan dialog dengan Nelson Mandela dan mencari tahu mengenai kemungkinan investasi di wilayah Afrika Selatan. Hasilnya, ia berhasil menanamkan investasi di Afrika Selatan dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi ratusan mayarakat Afrika Selatan

    Kisah kesuksesan seorang Chris Gardner sendiri sebenarnya dibangun dari pengalaman masa kecil yang penuh permasalahan. Ia pernah mengalami semua hal yang menyakitkan dalam hidupnya, mulai dari dianiaya oleh ayah tiri, ditinggal sang istri, ditangkap polisi hingga kesulitan membayar hutang-hutangnya. 

    Kala Chris masih kecil, sang ibu bekerja sebagai guru dan mengambil 3 pekerjaan sambilan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Chris sempat tinggal berpindah-pindah di rumah saudara hingga di panti asuhan. Ia kemudian sempat menuntut ilmu di sebuah sekolah militer Amerika Serikat.

    Chris bukanlah seorang pebisnis sukses yang memiliki pendidikan yang tinggi. Namun ia selalu berusaha belajar dan memotivasi dirinya sendiri untuk menjalankan hidup secara lebih baik lagi dari hari kemarin. Keinginan untuk mengentaskan hidupnya dari kemiskinan akhirnya memunculkan motivasi yang kuat dan menggerakkan dirinya untuk melakukan usaha yang lebih dibanding orang lain disekitarnya. Akhirnya kesuksesan pun didapatkannya.

    Maka, bila saat ini kita merasa kurang termotivasi dalam menjalani segala aktifitas kita dan mengalami kesulitan untuk membangun motivasi yang dibutuhkan, segera temukan hal besar yang ingin dicapai dalam kehidupan kita. Karena dari hal besar itulah kita akan menemukan motivasi terbesar yang akhirnya mampu menggerakkan diri kita untuk mengeluarkan usaha yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan kita

  • KESULITAN untuk PERKEMBANGAN


    Seorang pria menemukan sebuah kepompong kupu-kupu di sebuah tanaman yang ada di halaman rumahnya. Penasaran dengan kepompong ini, maka sang pria lalu mengamati perkembangannya dengan seksama. Suatu hari lubang kecil muncul, pria itu duduk dan mengamati kupu-kupu kecil yang muncul dari kepompong ini selama beberapa jam. Kupu-kupu kecil ini terlihat sedang berjuang untuk memaksa tubuhnya keluar melalui lubang kecil. Kemudian tampak kupu-kupu kecil ini berhenti bergerak dan tidak membuat kemajuan. Binatang itu tampaknya terjebak.

    Sang pria memutuskan untuk membantu kupu-kupu ini. Dengan sepasang gunting pria itu memotong kepompong hingga salah satu ujungnya terbuka lebar. kupu-kupu kecil kemudian muncul dengan mudah. Tetapi ada sesuatu yang aneh. Kupu-kupu ini memiliki tubuh bengkak dan sayapnya mengkerut. Pria itu berharap kupu-kupu ini memiliki proporsi ukuran sayap yang benar. Tapi tidak ada yang berubah. Sayap kupu-kupu ini tetap sama seperti sebelumnya. Kupu-kupu ini akhirnya tidak pernah bisa terbang. 

    Sang pria tidak menyadari bahwa perjuangan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil dari kepompong adalah cara alami untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu ke sayapnya sehingga kupu-kupu tersebut nantinya benar-benar siap untuk terbang. Artinya dari kesulitan yang dialami itulah sebenarnya kupu-kupu tersebut sedang mengalami proses pembelajaran untuk terus berkembang. Walau terkesan menyulitkan, namun proses inilah yang akan membuat kupu-kupu tersebut akhirnya dapat terbang.

    Sama seperti yang sering kita alami dalam kehidupan kita. dalam beberapa kesempatan, kita akan melihat ada banyak kesulitan yang kita rasakan sehingga kita mengharapkan bantuan dari orang lain disekitar kita. namun yang harus kita sadari adalah ada kalanya kita harus memperjuangkan dan menghadapi kesulitan tersebut sendiri sehingga diri kita akan mampu mendapatkan perkembangan yang memang kita harapkan di masa depan.

    Bukankah kesulitan dan permasalahan adalah syarat untuk sebuah perkembangan??

  • KEYAKINAN untuk PERKEMBANGAN


    “Dasar bodoh, udah diingatkan berkali-kali tapi masih saja melakukan kesalahan.” Umpat seorang lelaki pada rekannya. Tampaknya lelaki ini sedang menumpahkan kekesalannya pada sang rekan akibat kesalahan rekannya dalam sebuah pertandingan sepakbola yang baru saja berakhir dengan kekalahan tim mereka.

    Pernahkah kita memberikan cap negatif kepada seseorang dengan ungkapan “bodoh” seperti dalam kisah diatas? Mungkin kisah hidup Adam Khoo ini dapat menjadi inspirasi tentang bagaimana seharusnya kita berhati-hati terhadap sebuah label atau cap. 

    Ketika umur 12 tahun Adam dicap sebagai orang yang malas, bodoh, serta agak terbelakang. Akibatnya, ketika masuk SD, dia sangat membenci pelajaran dan hanya mau main game computer serta nonton TV. Karena tidak belajar, Adam banyak mendapatkan nilai F yang membuat dia semakin benci kepada gurunya, benci terhadap pelajaran, serta sangat membenci sekolahnya.

    Saat duduk di kelas 3 dia dikeluarkan dari sekolah dan dipindahkan ke sekolah yang lain. Ketika akan masuk SMP, dia ditolak 6 sekolah dan akhirnya masuk sekolah yang paling jelek di daerahnya. Di sekolah ini, Adam Khoo termasuk yang paling bodoh. Di antara 160 murid seangkatan, Adam Khoo menduduki peringkat 10 terbawah.

    Pada umur 13 tahun, Adam Khoo dikirim ke Super-Teen Program yang diajari oleh Ernest Wong, yang menggunakan teknologi Accelerated Learning, Neuro Linguistic Programming (NLP) dan Whole Brain Learning. Sejak saat itu keyakinan Adam Khoo berubah. Ia yakin bahwa dia bisa. Ernest Wong berkata bahwa, “Satu-satunya hal yang bisa menghalangi kita adalah keyakinan yang salah serta sikap yang negatif.” Kata-kata inilah yang akhirnya mempengaruhi Adam Khoo.

    Dalam waktu 3 bulan rata-rata nilainya naik menjadi 70. Dalam satu tahun, dari ranking terbawah dia menduduki ranking 18. Ketika lulus SMP, dia menduduki ranking 1 dengan Nilai Ebtanas Murni A semua untuk 6 mata pelajaran yang diuji. Dia kemudian diterima di Victoria Junior College dan mendapatkan nilai A untuk tiga mata pelajaran favoritnya. Akhirnya dia diterima di National University of Singapore (NUS) dan karena di universitas itu setiap tahun dirinya menjadi juara, akhirnya Adam Khoo dimasukkan ke NUS Talent Development Program. Program ini diberikan khusus kepada 10 mahasiswa yang dianggap jenius.

    Bagaimana seorang yang tadinya dianggap bodoh, agak terbelakang, dan tidak punya harapan, serta menduduki ranking terendah di kelasnya bisa berubah, menjadi juara kelas dan dianggap genius? Seperti yang sudah dijelaskan oleh Ernest Wong bahwa yang akan menghambat diri kita adalah keyakinan yang salah dan sikap yang negatif dari diri kita sendiri.

    Kesuksesan Adam Khoo datang dari perubahan keyakinan yang salah menjadi keyakinan yang tepat, yaitu dari keyakinannya tentang, “Saya bodoh dan lulus saja sulit” menjadi “Kalau orang lain bisa, maka saya juga bisa.”

  • Tantangan dan Perkembangan dalam Perusahaan


    Dio tak pernah melupakan kalimat pertama yang keluar dari orang yang ingin merekrutnya di salah satu sesi wawancara dengan perusahaan ini yaitu, “Saya tidak hanya cari orang pintar, tapi orang yang bisa dipercaya dan diandalkan.” Kala itu Dio masih sebagai berstatus mahasiswa tingkat akhir yang akan menyelesaikan studi. Sembari menanti pengumuman kelulusan studi, Dio mulai mencari-cari pekerjaan yang cocok bagi dirinya.

    Dari beberapa perusahaan melakukan interview terhadap Dio, baru kali ini dia merasakan suasana yang berbeda. Dio merasa seperti ada harapan lebih dari orang yang mewawancarainya tersebut terhadap dirinya. Itulah yang membuat akhirnya Dio tertarik untuk mencoba peruntungannya di perusahaan ini. Singkat cerita, setelah melalui beberapa tahapan yang dibutuhkan akhirnya Dio pun diterima.

    Tanpa terasa, hari ini sudah 10 tahun Dio berada di perusahaan ini. di tempat ini jugalah Dio mengembangkan dirinya sejalan dengan perkembangan perusahaan. banyak rekan-rekannya yang bertanya bagaimana Dio akhirnya bisa memutuskan untuk bertahan di perusahaan yang sama selama sepuluh tahun di kala banyak orang lainnya yang begitu mudahnya berganti pekerjaan dengan iming-iming benefit lebih yang mampu didapatkan.

    Dio bukanlah orang yang pintar. Tapi Dio senantiasa berusaha untuk selalu dapat dipercaya dan diandalkan. Mungkin hal inilah yang akhirnya membuat Dio memutuskan untuk bertahan. Karena Dio merasa masih ada tantangan dan kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan. Kepercayaan inilah yang akhirnya memotivasi dirinya untuk terus belajar, terus maju dan melanjutkan estafet kepemimpinan di perusahaan

    Perusahaan ini pun bukanlah tempat yang sempurna. Selalu ada pro kontra dan perbedaan dalam perjalanan organisasi ini. Namun, Dio yakin bahwa di luar sana pun tidak ada perusahaan yang benar-benar sempurna. yang ada hanyalah perusahaan yang dengan segala ketidaksempurnaannya tetap mampu menjadikan karyawannya menjadi orang yang memiliki value dan bermakna bagi lingkungan sekitarnya. Dan Dio yakin bahwa di tempat inilah dirinya dapat senantiasa belajar dan berkembang kearah yang lebih baik.

    Dari kisah Dio diatas, kita dapat belajar bahwa benefit bukanlah merupakan satu-satunya penentu engagement seseorang didalam sebuah perusahaan. Benefit atau materi memang penting, tapi bukan karena itulah seseorang memutuskan untuk akhirnya bertahan. Salah satu buktinya adalah, masih banyak orang yang memiliki gaji tinggi dan benefit yang baik akhirnya memutuskan untuk pergi karena dirinya tidak menemukan sesuatu yang membuat dirinya tertantang dan berkembang di sebuah perusahaan.

    Karena pada dasarnya, setiap tantangan dan kepercayaan yang diberikan oleh sebuah perusahaan, itulah yang justru akan membuat setiap karyawannya tetap tergerak untuk melanjutkan perkembangan dirinya bersama perusahaan. Dan ketika seorang karyawan telah memutuskan untuk berkembang bersama sebuah perusahaan, disitulah tersimpan potensi perkembangan didalam perusahaan itu sendiri

  • KEBERHASILAN = KEPANDAIAN atau KETEKUNAN?


    Namanya adalah Sayaka, saat kecil cita-citanya adalah memiliki teman. Cita-cita ini muncul bukanlah tanpa alasan. Dulunya, dia sering dibully dan tidak memiliki teman sehingga sering berpindah sekolah. Suatu hari, Sayaka melihat segerombolan siswi dan tertarik dengan seragam yang mereka gunakan. Ternyata seragam yang dikenakan adalah seragam sekolah swasta khusus untuk anak perempuan. Melihat ketertarikan anaknya, sang ibu pun memasukkan Sayaka ke sekolah tersebut dan meminta Sayaka untuk bersenang-senang. Maka Sayaka pun menghabiskan waktu di sekolah untuk berteman dan bersenang-senang.

    Namun ternyata Sayaka justru terlalu berlebihan dalam bersenang-senang. Saat SMA, Sayaka masuk di kelas yang berisi kumpulan siswi dengan peringkat terbawah di sekolahnya. Selain itu, Sayaka kerap membuat masalah yang membuat dirinya sering terkena hukuman skors dan terancam drop out 
    Menyadari masa depan anaknya terancam suram, sang ibunda pun akhirnya meminta Sayaka untuk mengikuti bimbingan belajar persiapan masuk universitas. Dari hasil tes penempatan bimbingan belajar ternyata diketahui bahwa Sayaka hanya memiliki kemampuan akademik setara kelas 4 SD.

    Meski begitu, Guru Bimbel Sayaka meminta Sayaka untuk tetap optimis dan berjuang masuk salah satu Universitas terbaik di Jepang. Sayaka pun memilih Universitas Keio, universitas swasta terbaik di Jepang.

    Perjuangan Sayaka untuk masuk Universitas Keio tidaklah mudah. Dia harus mengejar ketertinggalannya. Di sekolah, Sayaka berada di ranking terbawah dengan nilai standar deviasi 30 sementara yang masuk Keio biasanya memilki nilai standar deviasi 70. Melihat kondisi Sayaka ini, sang ayah justru mengejeknya dan meyakini bahwa Sayaka tak akan bisa diterima di universitas Keio. Sayaka pun makin termotivasi untuk membuktikan diri kepada orang tuanya bahwa dia bersungguh-sungguh dengan tujuannya. Walaupun memiliki banyak keterbatasan, namun akhirnya Sayaka berhasil lulus tes Universitas Keio di Jepang dengan ketekunannya.

    Ketekunan adalah sesuatu yang menggerakkan kita menuju kesuksesan dengan lebih efektif ketimbang sebuah kepandaian. Mengapa demikian? Karena orang-orang yang pandai, biasanya cenderung tidak sabar dalam menjalani proses yang dibutuhkan. Kepandaian yang dimiliki terkadang membuat mereka merasa seharusnya mudah untuk mendapatkan sesuatu. Maka, setiap kendala atau permasalahan didalam proses menuju apa yang ingin mereka dapatkan tersebut akan cenderung membuat mereka mudah menyerah.

    Dan begitu pula sebaliknya dengan Sayaka dalam kisah diatas, menyadari bahwa dirinya kurang pandai membuat dia mengerahkan upaya semaksimal mungkin untuk mengimbangi kekurangannya tersebut. Hal ini mendorong motivasinya untuk berusaha lebih keras dan lebih tekun menjalani proses di tengah keterbatasan yang dimilikinya sehingga akhirnya keberhasilan pun mampu dia dapatkan

    Maka, tidak perlu merasa risau jika hari ini kita merasa belum pandai, karena yang terpenting sesungguhnya bukanlah kepandaian yang kita miliki, melainkan ketekunan yang kita tunjukkan dalam proses menuju keberhasilan yang kita dapatkan

  • PEMAHAMAN TENTANG SEBUAH KEINGINAN


    Memahami apa yang kita inginkan itu penting agar kita mengetahui langkah yang dibutuhkan. Kisah dibawah ini, mungkin dapat menggambarkan pentingnya memahami apa yang kita inginkan dari setiap permasalahan yang kita rasakan.

    Seorang lelaki terlihat sedang duduk di kantin sebuah gedung perkantoran di kawasan Jakarta. Raut wajah lelaki ini menyiratkan bahwa dirinya sedang menghadapi permasalahan yang serius. Sapaan ceria dari beberapa rekan yang lalu lalang disekitarnya tak membuat lelaki ini merubah raut wajah sedikitpun. Karena penasaran, salah seorang diantara rekan yang memberikan sapaan tadi mendatangi sang lelaki untuk kemudian memberikan pertanyaan.

    “Kamu kenapa?”

    “Aku lagi dilema nih. Sepertinya aku harus pindah kerja. Selain karena standar gaji disini nggak sesuai ekspektasi, aku merasa nggak cocok dengan atasanku juga.”

    “Memangnya kamu pingin kerja dimana?”

    “Nggak tahu. Yang jelas aku merasa nggak cocok dengan lingkungan kerja disini.”

    “Memangnya kamu cocoknya dengan lingkungan kerja yang seperti apa?”

    Tampaknya, Lelaki ini tidak mampu menjawab pertanyaan terakhir dari rekannya tadi.
    Banyak diantara kita yang sering merasakan ketidakcocokan atas suatu kondisi. Ketidakcocokan ini biasanya muncul dengan beragam alasan, mulai dari permasalahan dengan atasan, keuangan ataupun masalah dengan lingkungan kerja disekitarnya.

    Namun ketika ditanya lebih jelas tentang bagaimana kondisi ideal yang diharapkan dari sebuah tempat kerja, seringkali kita membutuhkan waktu lebih lama untuk menemukan jawabannya. Dalam beberapa kesempatan lain, kita juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Sebagian orang bahkan lebih suka menggambarkan kondisi ideal yang dia harapkan dengan kalimat, “ yang penting tidak seperti disini.”

    Padahal, mengetahui dengan detail dan jelas tentang sesuatu yang ingin kita dapatkan atau ingin kita tuju itu sangat penting agar kita semakin memahami langkah yang perlu dilakukan untuk bisa mencapai tujuan tersebut. Karena ketidaktahuan tentang kemana kita ingin menuju seringkali membuat diri kita akhirnya memilih tempat yang salah lainnya.

    Contohnya adalah dalam hal memilih tempat kerja seperti kisah diatas. Kita boleh saja memutuskan untuk pergi dari lingkungan kerja kita saat ini dengan berbagai pertimbangan yang kita miliki sendiri. Namun ketika kita sendiri belum memahami lingkungan kerja seperti apa yang sesungguhnya ingin kita cari, maka cukup besar kemungkinan diri kita salah memilih tempat kerja lagi. Dampaknya, tentu saja akan mengganggu perkembangan karir diri kita di tempat kita bekerja nantinya.

    Maka, jika saat ini kita masih merasakan ketidaknyamanan didalam pekerjaan kita, pastikan kita telah memahami terlebih dahulu lingkungan pekerjaan seperti apa yang kita harapkan. Sehingga kita mampu merancang langkah kita dengan lebih baik menuju lingkungan kerja yang sesuai dengan harapan kita sendiri. Hal ini dibutuhkan untuk menghindari penyesalan yang bisa saja kita rasakan di masa depan.

  • Quotes For You

    Kesalahan adalah bahan bakar utama untuk sebuah pembelajaran ~ivandhana~

    ADDRESS

    Jl Smapal No 53, Serpong, Tangerang Selatan

    EMAIL

    ivandhana@yahoo.com
    ivandhana@bambubiru.com

    TELEPHONE

    +201 478 9800
    +501 478 9800

    MOBILE

    08990567176
    017 775362 13