"Tidak ada mimpi yang terlalu tinggi, yang ada hanyalah usaha yang terlalu sedikit"
Pada kesempatan ini, saya memulai tulisan kali ini kembali dengan sebuah petikan kalimat. namun yang berbeda kali ini adalah kalimat diatas ini bukan saya sendiri yang membuatnya. Kalimat tersebut saya dapatkan dari sebuah media online yang kebetulan sedang mengutip perkataan dari Sekjen PPI Belanda yang baru saja lengser dari jabatannya. Pertama kali membaca kalimat ini, langsung ada sesuatu yang terasa berbeda di hati saya. Kalimat serupa yang membahas mengenai mimpi atau impian memang sudah seringkali lewat di depan mata saya. namun kali ini, saya tidak hanya merasakan itu sebagai kalimat biasa, namun didalamnya rasa-rasanya menyimpan semangat berbeda dari beliau yang mengucapkannya yang kemudian sampai di relung hati saya.
Terlihat berlebihan memang ungkapan hati saya diatas tadi. tapi biarlah ungkapan "lebay" tadi saya tuliskan untuk mengawali kisah saya mengenai apa yang saya pikirkan ketika membaca kutipan mengenai impian yang juga menjadi kalimat pembuka tulisan saya kali ini.
Menurut saya pribadi, manusia dalam memandang kehidupan yang dia jalani sehari-harinya terbagi dalam dua kelompok
- Kelompok pertama adalah orang-orang yang memiliki pandangan bahwa hidup ini haruslah realistis. apa yang terlihat di depan ya itulah yang harus kita hadapi dan pikirkan. Kelompok pertama ini bisa dibilang adalah kelompok yang hanya percaya pada apa yang terlihat saja. segala sesuatu yang berbau abstrak dan tidak bisa dilihat saat ini ya mereka tidak akan percaya. Kehidupan orang yang masuk dalam kelompok ini cenderung mengalir saja dan mengikuti apa yang ada di depan mereka saat ini.
- Kelompok kedua adalah orang yang percaya pada kemampuan mimpi mereka. bisa dibilang kelompok ini adalah kelompok yang sangat mempercayai impian mereka dan selalu yakin bahwa impian adalah sesuatu yang perlu mereka miliki untuk merancang kehidupan mereka di masa depan
Lalu manakah diantara dua kelompok manusia tadi yang lebih baik untuk kita ikuti? percaya pada impian kita atau realistis pada apa yang ada di depan kita? Jawaban saya adalah setiap kelompok memiliki kelebihan,kekurangan dan konsekuensinya masing-masing. terbilang normatif memang (karena saya belum menyelesaikan tulisan saya ini). hehe :) yang ingin saya sampaikan pada tulisan kali ini bukanlah mana yang benar dan salah karena saya bukanlah Tuhan yang bisa menentukan mana yang benar dan mana yang salah. apa yang akan saya sampaikan kali ini adalah mengenai apa yang seharusnya kita lakukan ketika kita telah memutuskan untuk menjadi bagian dari salah satu kelompok yang sudah saya paparkan diatas.
Seperti yang sudah saya kutip di awal tulisan saya tadi, tidak ada impian yang terlalu tinggi,yang ada hanyalah usaha yang terlalu sedikit. yang menjadi poin utamanya menurut saya adalah di poin "usaha". inilah yang akan membedakan kehidupan orang yang realistis dan orang yang percaya pada impiannya.
Orang yang realistis, juga bisa mendapatkan pencapaian yang luar biasa dalam kehidupannya apabila disela-sela realistis nya tersebut dia tetap mau memberikan usaha yang maksimal pada apa yang sedang dikerjakannya saat ini. hanya saja sampai saat ini banyak orang yang memberikan pandangan bahwa orang realistis cenderung melakukan sesuatu sekedarnya saja karena tidak melihat apa yang ingin dia capai di depannya dengan baik.padahal mereka yang realistis sesungguhnya memiliki potensi yang sama untuk berhasil dalam hidupnya. bukankah dalam hidup kadang kita juga butuh realistis agar kita tau seperti apa potensi kita saat ini dan kita juga tau apa yang seharusnya dilakukan untuk merancang langkah terbaik yang bisa dilakukan dengan kemampuan kita saat ini? jadi tidak ada ceritanya orang yang realistis itu tidak bisa berkembang seperti mereka yang percaya pada impian mereka.
Begitu pula sebaliknya dengan bagi mereka yang percaya pada setiap impian mereka. percaya pada impian saja itu tidak cukup karena yang terpenting sesungguhnya adalah usaha yang kita lakukan setelah kita bisa meyakini impian-impian kita tersebut. tidak ada artinya juga kita percaya keajaiban mimpi seperti yang sering dituliskan dalam buku-buku tentang impian apabila kepercayaan kita tadi itu tidak membuahkan usaha yang maksimal dalam setiap upaya kita untuk mewujudkan impian tersebut. itulah yang menyebabkan kemudian muncullah istilah mimpi di siang bolong atau impian kosong. karena memang mimpi kita itu tadi tidak pernah kita wujudkan dalam bentuk usaha yang maksimal.
Jadi, sebuah kalimat untuk menutup tulisan saya kali ini adalah. "kita bisa memilih untuk menjadi orang yang realistis ataupun menjadi orang yang percaya mimpi, asalkan pilihan kita tadi itu didukung dengan usaha maksimal dalam apapun yang sedang kita kerjakan saat ini karena "usaha" yang maksimal itulah yang akan membuat kita menjadi pribadi yang luar biasa, terlepas dari apakah kita termasuk orang yang realistis ataupun optimis pada impian kita" :)
kereennn, salam kenal
BalasHapuswaww gabus banget artikelnya, salam persahabatan
BalasHapusSalam Kenal Juga Riri :)
BalasHapusSalam Persahabatan Putri Sukoco..