“integritas itu bukan hanya sekedar tentang kejujuran, melakukan sesuatu yang menjadi tanggungjawabnya dan senantiasa patuh pada nilai-nilai yang berlaku, namun integritas juga tentang bagaimana menyesuaikan nilai yang kita yakini dengan perkataan dan tindakan kita yang kemudian menjadi pedoman dalam setiap keputusan yang kita ambil”
“pak, saya mau resign”
Tulisan diatas terlihat di layar HP saya beberapa waktu lalu.
Beberapa saat setelah membaca tulisan tersebut, pikiran saya lantas membayangkan momen sekitar setahun lalu, yaitu momen pertemuan pertama kalinya dengan seseorang yang menulis message diatas. Kala itu saya masih sebagai seorang kepala operasional yang mengurusi persiapan pembukaan sebuah cabang perusahaan. Karena kantor cabang akan segera beroperasi, maka saya pun ditugaskan untuk mencari beberapa orang lain untuk melengkapi Sumber daya Manusia yang dibutuhkan untuk operasional perusahaan. Saya yang kala itu sebagai kepala operasional pun merangkap menjadi seorang HrD yang melakukan perekrutan kepada beberapa orang. Dan disaat itulah saya bertemu dengan dia. Sebut saja Namanya Afria
Dibanding pelamar lainnya, bisa dibilang dia cenderung menonjol baik dari segi kemampuan teknis maupun dari cara berkomunikasi. Itu yang ada di pikiran saya kala itu. Dari segi attitude pun dia tergolong baik dan sopan. Namun ketika saya melihat CV nya ketika melakukan wawancara ada satu hal yang cukup mencolok, yaitu dia beberapa kali berpindah pekerjaan di beberapa perusahaan dalam jangka waktu yang relatif cepat. Padahal, dari segi salary, di perusahaan sebelumnya dia mendapatkan lebih besar ketimbang yang perusahaan saya tawarkan. Lantas apa yang membuat dia akhirnya melamar di tempat saya?
“Integritas pak.” Itulah Jawabannya kala itu ketika saya menanyakan pertanyaan diatas
Usut punya usut, ternyata Lingkungan di tempat kerja sebelumnya dianggap kurang memiliki integritas karena nur melihat beberapa hal yang tidak benar disitu dan dirasa menyimpang. Mulai dari penyelewengan di satu bagian hingga beberapa hal negatif lainnya yang dianggap kurang tepat. Hal itu menyebabkan hati nuraninya pun menyerah dan memutuskan untuk resign.
“oke, seandainya nantinya kamu bergabung dengan kami, nah kira-kira bagaimana kamu meyakinkan saya bahwa kebiasaanmu berpindah-pindah tempat kerja yang sebelumnya itu tidak kamu lakukan kembali di tempat ini?”
“bapak sudah mendengar alasan saya berpindah-pindah itu bukan? Saya memang tidak bisa menjanjikan bahwa saya akan lama di tempat ini karena saya baru akan melamar dan tidak terlalu suka mengobral janji, tapi saya bisa pastikan bahwa ketika saya menemukan sebuah tempat yang pas dengan nilai yang saya yakini, maka saya tidak akan hanya 2 atau 4 bulan disana. Saya juga memiliki prinsip bahwa selama ada hal baru yang bisa saya pelajari setiap harinya, maka disitulah saya mampu berkembang dan saat ini saya membutuhkan lingkungan baru yang mendukung prinsip saya itu pak.”
Integritas adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, langkah, prinsip, harapan dan hasil. Menurut KBBI, integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Sedangkan bagi saya pribadi, integritas adalah kesesuaian antara perilaku dan tindakan yang kita perlihatkan dengan nilai-nilai atau prinsip yang kita yakini sehingga pada akhirnya mampu memunculkan kewibawaan diri kita di mata lingkungan sekitar kita.
Dalam cerita diatas, bagi saya nur sudah membuktikan kesesuaian antara perkataan dan janjinya setahun lalu walaupun sempat saya ragukan. Dari dia saya memahami satu hal bahwa integritas itu bukan hanya sekedar tentang kejujuran, melakukan sesuatu yang menjadi tanggungjawabnya dan patuh pada nilai-nilai yang berlaku namun integritas juga tentang bagaimana menyesuaikan nilai yang kita yakini dengan perkataan dan tindakan kita yang kemudian menjadi pedoman dalam setiap keputusan yang kita ambil. Setahun memang tidak bisa dibilang lama bagi seorang karyawan untuk bekerja di sebuah tempat, namun itu juga tidak bisa dibilang singkat bagi seseorang yang sebelumnya beberapa kali berpindah tempat kerja tiap beberapa bulan sekali. Saya yakin sudah banyak hal yang dia pelajari setahun ini sehingga kemudian dia merasa ilmu yang dia harapkan sudah cukup dan membutuhkan tantangan baru kembali. Sama seperti kalimatnya pada saya waktu itu tentang prinsipnya bahwa dia selalu membutuhkan tantangan dan pembelajaran baru dimanapun dia berada. Dan dari lubuk hati saya yang terdalam, saya berdoa untuk kesuksesannya semoga dimanapun dia berada, dia mampu menjaga prinsipnya tadi sehingga akan lebih banyak lagi orang lain yang belajar dari integritasnya. :)
Staffmu kyo aku van..haha hobi pindah kerja, cuma gak mampu pindah hati aja #eh #abaikan.. anyway aku sudah pindah 3 kantor 3 tahun trakhir, means tiap tahun aku moving...haha..dan soal tata nilai dan integritas itu van, pengalaman pindah2 kantorku membuatku sadar bahwa pindah 'hanya' karna nilai Perusahaan sangat bertentangan dgn kita itu kurang bijak juga buatku, itu nunjukin kalau kita adalah org yg BIASA AJA..itu adalah mental MAHASISWA LETOY, skali lagi MENTAL MAHASISWA LETOY...why?, karena selama km jadi aktivis kampus tentu km sadar betul peranmu sebagai apa, AGENT OF CHANGE...nah kalau ketemu tata nilai berbeda dan bertentangan dgn integritasmu dan karenanya km keluar/resign tanpa upaya mengubahnya, itu CEMEN ga ada nilai tambah apapun yang kmu berikan...jadi kalau ada calon karyawan gtu lagi van tanyakan "trus usahamu apa untuk mengubah kondisi lingkungan spti itu"..kalau ada usaha yg bagus pertimbangkan kalau minim usaha cari yang lain... *dari karyawan kutu loncat*
BalasHapusaku sadar sekarang, keluar bukanlah jawaban,,Perubahan harusnya...kalau kata agama "apabila kau lihat kemunkaran hentikan dengan tanganmu, kalau tidak bisa, dengan lisanmu, kalau tdk bisa dengan hatimu (berdoalah) sesungguhnya itu tingkat iman paling rendah." Resign tidak disebutkan di sana...yah kecuali kalau mentok sih... :) .. semoga bermanfaat
BalasHapusSepakat ali :)
BalasHapusManteep nih Hadits nya sampe keluar. hehe..
bukankah tidak ada pelaut ulung yang lahir dari laut yang tenang? ketika kita merasa ada yang belum sesuai, lari itu bukan jawaban karena bisa jadi kondisi tersebut adalah sarana pembelajaran untuk diri kita.