• Harapan dibalik Keterbatasan


    "Ade" namanya
    Siswa kelas IV ini selalu membawa termos warna biru ke sekolah
    Iya, dia menjajakan es setiap hari, ia ikut membantu orang tuanya untuk membiaya sekolahnya
    Ketika siswa lain sibuk bermain, dia justru sibuk mengangkat termos es tersebut kesana kemari dan meladeni kawan-kawannya yang membeli es
    Es yang dia jual seharga Rp 500,- per biji. Biasanya ia membawa 30 es setiap hari, kadang laku semua, kadang sebaliknya. Tapi ia selalu tersenyum, karena berkat usahanya ia tetap bisa sekolah dan membeli jajan. Semangat Ade! Semoga rejekinya berkah.. Amiin.


         Cerita diatas adalah kisah dari teman dan sahabat seperjuangan saya semasa menjadi aktifis di dunia perkuliahan beberapa tahun yang lalu. Sahabat saya ini, sekarang menjadi salah satu Pengajar Muda dari Gerakan Indonesia Mengajar yang sedang ditempatkan di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Sahabat saya ini, namanya etika. Dia memang sering sekali mengunggah aktifitasnya bersama murid-muridnya selama menjadi pengajar muda di salah satu media sosial. Dan saya pun sering menyimak aktifitas yang dia lakukan terutama yang berhubungan dengan aktifitas sosial yang dia lakukan. Sejak kuliah dulu memang saya sudah memiliki ketertarikan di bidang sosial dan pendidikan, mungkin hal itu pulalah yang menyebabkan akhirnya saya dan beberapa rekan-rekan saya semasa kuliah sempat mendirikan komunitas sosial pendidikan yang bernama Inspiring Youth Educators yang sampai saat ini masih berkontribusi di dunia sosial pendidikan indonesia. 

         Salah satu hal yang membuat saya memiliki ketertarikan di dunia sosial pendidikan adalah karena saya merasa, disitulah saya bisa belajar banyak hal. Belajar dari pengalaman orang-orang yang kondisinya mungkin tidak seberuntung kondisi kita saat ini, belajar dari pengalaman orang yang hidup dengan beragam keterbatasan.  Dan pada momen kali ini, saya juga belajar dari Ade tentunya. Satu hal dalam pikiran saya ketika membaca kisah Ade adalah, saya berharap dan juga berdoa dari tempat saya saat ini agar lingkungan di sekitar Ade terus mendukung perkembangannya, menjaga dan mengembangkan impiannya serta membantu mensupport setiap langkahnya menuju masa depannya. Saya mendoakan seperti ini bukan tanpa alasan dan bukan hanya karena saya merasa kasihan. Namun karena saya melihat ada masa depan indonesia yang lebih baik dan potensi untuk menjadi orang besar dalam diri Ade. 

         Sejak kecil ade sudah dibiasakan untuk hidup dalam lingkungan yang tidak mudah.  Dia menyadari bahwa untuk bisa terus bersekolah maka dia harus berjualan es di sekolah dimana anak-anak seusianya lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah untuk bermain dan belajar saja. Ade menghadapi sebuah kondisi yang sebenarnya tidak ideal bagi seorang anak kelas IV SD, namun dari situlah sebenarnya Ade sedang diajarkan tentang bagaimana sebuah kehidupan itu berjalan. Itu akan membuat Ade memiliki potensi untuk jadi lebih cepat dewasa dalam memandang kehidupan ketimbang rekan-rekan seusianya. Potensi inilah yang harus senantiasa dijaga atau bahkan diarahkan oleh lingkungan sekitarnya agar makin positif dan berkembang.

         Rhenald Khasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, harus melalui masa kecil dalam kondisi perekonomian keluarga sangat terbatas. Ia terbiasa berangkat sekolah sejak pukul setengah lima pagi untuk berlari-lari mengejar bis karena jarak rumah dan sekolah yang lumayan jauh. Ia juga pernah merasakan tak pernah bisa memakai sepatu sekolah baru, karena ibunya hanya sanggup membelikannya sepatu bekas. Beratnya hidup untuk bisa sekolah setinggi mungkin untuk keluar dari kemiskinan, juga dipikul oleh Profesor Yohannes Surya. Rektor Universitas Multimedia Nusantara sekaligus pakar ilmu fisika ini, sejak kecil sudah harus terbiasa bangun pukul 3 pagi untuk membantu sang ibu membuat kue dagangan. Sudah pernah mendengar kisah Saldi Isra? Seorang Ahli Hukum Tata Negara yang cukup menonjol di tanah air. Di usianya yang ke 42 tahun, ia sudah menyandang gelar Profesor Doktor. Tahukah rekan-rekan Saldi Isra lahir dari keluarga seperti apa? “Orang tuanya adalah petani yang buta hurup, dan masa sekolahnya harus dilakukan sambil membantu orang tua membajak sawah.

         Orang-orang besar dan sukses di masa kini, jika kita runut dari masa lalu mereka sebenarnya tidak sedikit yang memiliki kehidupan mirip dengan ade. Dilahirkan dengan penuh keterbatasan, dibesarkan dengan hidup yang penuh kesulitan, namun pada akhirnya itu semua mendidik mereka dengan keras sehingga mereka mampu menggenggam kesuksesan dan memegang tanggung jawab untuk indonesia yang lebih baik di masa depan.

    Jadi, pesan saya untuk pembaca tulisan saya kali ini adalah, jika para pembaca menemukan anak-anak atau seseorang dengan kisah perjuangan dalam hidup yang hampir sama dengan Ade diatas,  maka bantulah dia untuk menemukan dan menentukan langkah hidupnya di masa depan. Bantulah dia di bidang apapun yang rekan-rekan bisa bantu. Jangan diamkan dan jangan biarkan masa depan mereka tak terarah atau bahkan menjadi orang yang sia-sia karena mereka semua adalah masa depan indonesia. :)
  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Quotes For You

    Kesalahan adalah bahan bakar utama untuk sebuah pembelajaran ~ivandhana~

    ADDRESS

    Jl Smapal No 53, Serpong, Tangerang Selatan

    EMAIL

    ivandhana@yahoo.com
    ivandhana@bambubiru.com

    TELEPHONE

    +201 478 9800
    +501 478 9800

    MOBILE

    08990567176
    017 775362 13